Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Budidaya Bawang Merah




Cara Budidaya Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tumbuhan semusim yang banyak diperlukan   dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat lantaran hampir semua kuliner membutuhkan komoditas ini. Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi sekarang negara kita menjadi pengimpor komoditas ini. Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, menyerupai Brebes, Tegal, dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain bergotong-royong berpeluang cukup besar untu pengembangan bawang merah, contohnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah bisa mengikuti keadaan baik kalau ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di lahan kering. Dengan demikian bawang merah memiliki prospek untuk dikembangkan di lahan kering. Berikut ini disampaikan syarat tumbuh dan teknik budidaya bawang merah di lahan kering.


A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh

Bawang merah sanggup tumbuh dan mengikuti keadaan dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga sekitar 1000 m di atas permukaan bahari (dpl). Namun demikian, produksi terbaik umumnya diperoleh di dataran rendah yang didukung oleh iklim yang ideal, mencakup : suhu udara berkisar 25 – 32 OC,, kondisi cuaca kering dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%. Persyaratan tanah untuk bawang merah yaitu : subur, gembur, dan banyak mengandung materi organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5, dan drainase serta aerasi tanah baik.


2. Pengolahan Tanah
Pupuk sangkar disebarkan di lahan dengan takaran 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibentuk susukan air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit takaran + 1,5 ton/ha disebarkan di atas  edengan dan diaduk rata dengan tanah kemudian biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu aburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk sangkar matang, diamkan 1 ahad kemudian taburkan merata di atas bedengan. '



3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
Atau kalau dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) takaran ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.


4. Pemilihan Bibit
Bawang merah akan tumbuh optimal dengan tanah ber-pH 5.6 - 6.5, dan suhu 25-32 derajat C. Untuk itu, sebelum bibit ditanam sebaiknya tanah disiram terlebih dahulu, bahkan kalau perlu dibentuk atap dengan jarak yang cukup  tinggi untuk menjaga bibit yang gres ditanam dari panas yang terlalu terik dan hujan.

- Ukuran umbi bibit yang optimal yaitu 3-4 gram/umbi.

- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)



B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron



2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( takaran 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada ketika tanam, seluruh pecahan umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.



C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih menyerupai kapas.



Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tumbuhan hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terjangkit ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.



Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada pecahan pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah lantaran dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tumbuhan atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan yaitu penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tumbuhan layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terjangkit dicabut kemudian dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.



2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada ketika penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang



Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tumbuhan didangir dan dibumbun semoga perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar susukan (di Brebes disebut melem).



3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA sanggup menjadikan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi kalau kurang, pertumbuhan tumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga sanggup menimbulkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.



Pemupukan dilakukan 2 kali 
( takaran per 1000 m2 ) :
- 2 ahad : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 ahad : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada ketika pertolongan jangan hingga terkena tumbuhan supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau kalau dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) takaran ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.



4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di ketika daun bawang masih kelihatan lembap untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari tidak boleh kalau persentase tumbuhan tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada susukan ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman



D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST lantaran kelembaban di sekitar tumbuhan relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terjangkit warnanya putih berkilat menyerupai perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.



Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik bulat konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen menjadikan umbi busuk hingga berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.



Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan yaitu ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menimbulkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tumbuhan terjangkit segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO



Penyakit oleh virus.
- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan menggunakan bibit bebas virus dan pergiliran tumbuhan selain golongan bawang-bawangan.



Busuk umbi oleh bakteri.
- Umbi yang terjangkit jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang sehabis dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terjangkit jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga semoga tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tumbuhan dengan jenis tumbuhan lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia dipakai sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.



2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.



- Penyemprotan POC NASA dengan takaran 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari sehabis tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan takaran 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, kalau ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.



E. PEMBENTUKAN UMBI 
Pada fase pengamatan HPT sama menyerupai fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan yaitu pengairannya. Butuh air yang banyak pada demam isu kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.



F. PEMATANGAN UMBI 
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.



G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)



2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan bantalan anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan pecahan daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan pecahan umbi dan sekaligus dilakukan pencucian umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % gres disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.