Sifat Udang Windu
Dalam budidaya udang windu dan vanamei kita sejogyanya juga mengenal sifat-sifat (fisiologi) dari udang windu dan vanamei tersebut. Berikut dismpaikan beberapa sifat udang windu (Fisiologi Udang Windu-Penaeus monodon) yang perlu diketahui antara lain : Nocturnal yaitu secara alami udang merupakan binatang nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya sanggup dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya. Kanibalisme, Udang windu suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang udang yang lemah terutama pada ketika molting atau udang sakit. Sifat kanibal akan muncul terutama jika udang tersebut dalam keadaan kurang pakan dan padat tebar tinggi.
Sifat berikutnya dari udang windu yaitu berupa, Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour), Udang windu hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang windu merupakan binatang pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam binatang pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.
Molting, Udang windu melaksanakan ganti kulit (molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 ahad sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi sanggup meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, karenanya selama proses ini beberapa udang mengalami ajal akhir hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Ammonothelic, Amonia dalam badan udang windu dikeluarkan lewat insang.
Sifat berikutnya dari udang windu yaitu berupa, Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour), Udang windu hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang windu merupakan binatang pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam binatang pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.
Molting, Udang windu melaksanakan ganti kulit (molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 ahad sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi sanggup meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, karenanya selama proses ini beberapa udang mengalami ajal akhir hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Ammonothelic, Amonia dalam badan udang windu dikeluarkan lewat insang.