Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerangka Anutan Dan Hipotesis

BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam acara ilmiah, dugaan atau tanggapan sementara terhadap suatu kasus haruslah memakai pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Untuk sanggup menawarkan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diharapkan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Bahan-bahan kajian pustaka sanggup diangkat dari banyak sekali sumber menyerupai jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jikalau kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu materi pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian.
Sumber kepustakaan sekunder sanggup dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, menurut kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta dukungan yang mungkin sanggup diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada serpihan simpulan kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada serpihan tersendiri yang berisi klarifikasi wacana pandangan atau kerangka pemikiran yang dipakai peneliti menurut teori-teori yang dikaji.
Pemilihan materi pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting alasannya yakni ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti sanggup berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian.

Prinsip relevansi diharapkan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan kasus yang diteliti. Hipotesisi yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jikalau salah atau palsu, dan akan diterima jikalau faktor-faktor membenarkannya, dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Hipotesis sanggup juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibentuk dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu. Pengetahuan ini sebagian sanggup diambil dari hasil-hasil serta problematika-problematika yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Kaprikornus dalam taraf ini mahasiswa cukup menciptakan konklusi dari persoalan-persoalan yang diajukan dan merumuskannya dalam bentuk statmen (pernyataan).
Kerangka pemikiran berbeda dengan sekumpulan isu atau hanya sekedar sebuah pemahaman. Lebih dari itu kerangka pemikiran yakni sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling fundamental dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
Untuk mendapat sebuah kerangka pemikiran akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diharapkan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang sanggup terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diharapkan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.
Saya ambil sebuah contoh, alasannya yakni dengan pola ini sanggup dengan gampang kita memahami apa itu kerangka pemikiran. Pada Sekolah Menengan Atas saya mempunyai sebuah teman yang banyak sekali membaca buku wacana konsep-konsep islam dan juga umum. Saya agak ‘terhibur’ (membuat saya tersenyum), setiap kali beliau membaca sebuah buku beliau akan dengan semangat menceritakan pemahaman beliau sesuai dengan yang beliau baca. Tetapi yang lucu bagi saya adalah, pemahamannya seakan ‘berubah-ubah’ sesuai dengan buku apa yang beliau baca terakhir. Apa yang terjadi pada teman saya tersebut dikarenakan beliau belum mempunyai kerangka pemikiran sehingga apa yang beliau ketahui bahwasanya hanya penggalan-penggalan informasi. Walaupun begitu saya salut dengan beliau alasannya yakni beliau mempunyai wawasan yang luas, sayang tidak dibingkai dengan sebuah kerangka pemikiran.
1.2 Tujuan
- Mengetahui wacana cara dan teknik dalam merumuskan hipotesis.
- Mengetahui pengertian dari hipotesis dan kerangka pemikiran

1.3 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah-masalah yang di batasi meliputi:
- Pengertian Kerangka pemikirann.
- Pengertian hipotesis
- Cara memilih dan merumuskan hiotesis
























BAB 2. PENGERTIAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS SERTA
CARA MENENTUKAN HIPOTESIS


2.1 Pengertian Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk Proses dari keseluruhan dari proses penelitian dimana Kerangka pemikiran harus menerangkan:
1. Mengapa penelitian dilakukan ?
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau kasus yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah atau membenarkan hasil penelitian sebeumnya, menemukan suatu kajian gres (ilmu baru) yang akan dipakai dalam menjawab masalah-masalah yang ada.
2. Bagaimana proses penelitian dilakukan ?
Proses penelitian dilakukan dengan banyak sekali cara sesuai dengan kebutuhan yang akan diperlukan, ada yang melaksanakan penelitian dengan metode sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.
3. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?
Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
4. Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu “mengapa penelitian itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu kasus yang kontropersi di kalangan masyarakat atau untuk membantah opini atau mitos yang tersebar semenjak turun-temurun.
Pada pada dasarnya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak kalangan masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.



Tahapan dalam menciptakan kerangka pemikiran :
1. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian diturunkan dari perumusan masalah/identifikasi masalah, dengan demikian apa yang diinginkan dalam penelitian terlihat jelas.
2. Operasionalisasi variabel. Dari judul dibentuk dimensi-dimensi yang tersusun dalam operasionalisasi varibael.
3. Teori. Kajian teoritis dari rujukan yang cukup akurat, disajikan secara komprehensip sehingga alur pikir penulis/peneliti terang kemana arah penelitian akan dilakukan.
4. Empiris. Bukti-bukti empiris yang mengambarkan bahwa ada kesesuaian antara teori dan kenyataannya. sanggup dicantumkan penelitian terdahulu yang judul atau tema berdekatan dengan judul yang akan diteliti.

Kerangka pemikiran pada dasarnya berusaha menjelaskan konstelasi korelasi antar variabel yang akan diteliti. Konstelasi korelasi tersebut idealnya dikuatkan oleh teori atau penelitian sebelumnya. Dalam menyusun kerangka pemikiran, penyajiannya dimulai dari variabel yang mewakili kasus penelitian. Jika hendak diteliti yakni kasus kinerja pegawai dalam hubungannya dengan motivasi dan kompensasi, maka penyajiannya dimulai dari teori kinerja kemudian dikaitkan dengan teori motivasi. Keterkaitan dua variabel tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian tedahulu yang dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya korelasi atau efek antar keduanya.
Jika konstelasi korelasi antara kinerja dan motivasi sudah terbangun dengan baik, maka tahap selanjutnya yakni merangkai konstelasi korelasi antara kinerja dengan kompensasi, dengan persyaratan teoritis serupa. Artinya, konstelasi korelasi atar keduanya juga harus diperkuat teori atau penelitian terdahulu.
Pada serpihan simpulan kerangka pemikiran umumnya disajikan konstelasi korelasi antara keseluruhan variabel dilengkapi dengan skema yang menggambarkan korelasi antar variabel penelitian. Jika akan meneliti efek motivasi dan kompensasi terhadap kinerja pegawai, maka sanggup gambarkan secara skema konstelasi tersebut.
2.2 Pengertian Hipotesis
Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua penggalan kata. Kata “Hypo” yang artinya “DI BAWAH” dan “THESA” yang artinya “KEBENARAN” jadi Hipotesis merupakan tanggapan Research Question yang diajukan, kemudian cara menulisnya diubahsuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan bermetamorfosis hipotesis. Pernyataan yang masih lemah perlu diuji apakah hipotesis sanggup diterima atau tidak.
Ada banyak sekali pendapat yang diungkapkan oleh masing-masing orang. Antara lain :
1. Trealese (1960) menawarkan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang sanggup diamati
2. Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis yakni sebuah taksiran atau rujukan yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang sanggup menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan dipakai sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya
3. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis yakni pernyataan yang bersifat terkaan dari korelasi antara dua atau lebih variable.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta tetapkan anggapan dasar, maka kemudian menciptakan suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti akan bekerja menurut hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berkhasiat untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan sanggup naik status menjadi teas, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti sanggup bersikap dua hal yakni:
1. Menerima keputusan menyerupai apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada simpulan penelitian)
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat gejala bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada dikala penelitian berlangsung).
Sedangkan untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk korelasi variabel penyebab dan variabel akibat
2. Adakah data yang memperlihatkan bahwa akhir yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu
3. Adanya data yang memperlihatkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akhir tersebut
Apabila ketiga hal tersebut sanggup dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang berpengaruh dalam penelitian. G.E.R brurrough menyampaikan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
2. Penelitian wacana perbedaan
3. Penelitian hubungan
2.3 Menggali Dan Merumuskan Hipotesis
Ada beberapa ketentuan yang dimiliki oleh peneliti dalam menggali hipotesis, antara lain peneliti:
1. Mempunyai banyak isu wacana kasus yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2. Mempunyai kemampuan untuk menyidik keterangan wacana tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berafiliasi satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.



Good dan scates (1954) menawarkan beberapa sumber untuk menggali hipotesis, antara lain:
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam wacana ilmu
2. Wawasan serta pengertian yang mendalam wacana suatu wawasan
3. Imajinasi dan angan-angan
4. Materi bacaan dan literatur
5. Pengetahuan kebiasaan atau acara dalam tempat yang sedang diselidiki.
6. Data yang tersedia
7. kesamaan.
Menurut bentuknya, hipotes dibagi menjadi tiga:
a. Hipotesa penelitian / kerja: hipotesa penelitia merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu kasus yang sedang dikaji. Dalam hipotesa ini peneliti mengaggap benar hipotesanya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesa dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melaksanakan penelitian. Misalnya: Ada korelasi antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
b. Hipotesa operasional: hipotesa operasional merupakan hipotesa yang bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesa tidak semata-mata menurut anggapan dasarnya, tetapi juga menurut obyektifitasnya, bahwa hipotesa penelitian yang dibentuk belum tentu benar sesudah diuji dengan memakai data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan hipotesa pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut hipotesa nol (H0). H0 dipakai untuk menawarkan keseimbangan pada hipotesa penelitian alasannya yakni peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesa penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melaksanakan penelitian. Contoh:
H0: Tidak ada korelasi antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress.


c. Hipotesa statistik: Hipotesa statistik merupakan jenis hipotesa yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesa ini dirumuskan menurut pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif). Misalnya: H0:  = 0; atau H0:  = 0
Sebagai kesimpulan , maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis sanggup diberikan sebagai berikut :
1. Hipotesis harus dirumuskan secara terang dan padat serta spesifik
2. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.
3. Hipotesis sebaiknya menyatakan korelasi antara dua atau lebih variabel yang sanggup diukur.
4. Hendaknya sanggup diuji
5. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.

























BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sanggup disimpulkan sebagai berikut:
1. Hipotesa ialah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam perjuangan untuk memahaminya
2. Hipotesa merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh alasannya yakni itu hipotesa berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori
3. Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau kasus yang ditemukan, antara lain membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah atau membenarkan hasil penelitian sebeumnya, dan menemukan suatu kajian gres (ilmu baru) yang akan dipakai dalam menjawab masalah-masalah yang ada
4. Kerangka pemikiran dan hipotesis merupakan ringkasan dari serpihan tinjauan pustaka berisi uraian hasil-hasil penelitian, bukti-bukti, atau kenyataan yang mendukung atau menolak teori yang dikemukakan di sekitar rumusan masalah. Selain itu juga diuraikan kesenjangan diantara hasil penelitian atau bukti-bukti terdahulu, sehingga perlu ada penelitian/kegiatan untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Uraian kerangka pemikiran pada umumnya mengarah pada uraian hipotesis

3.2 Saran
Adapun saran yang sanggup ditulis, yakni sebagai berikut:
1. Sebaiknya teori metodelogi penelitian diimbangi dengan adanya praktikum biar mahasiswa lebih memahami
2. Waktu pembelajaran sebaiknya dipakai seefisian mungkin



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika. Jakarta: Rineka Cipta.

Azis. 2009. Membuat Kerangka Pemikiran. Didapat dari https://agrilogy.blogspot.com//search?q=membuat-kerangka-pemikiran (tanggal kanal 05 Januari 2010).

Furchon, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Jonathan, S dan Tutty, M. 2008. Riset Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

LAN. 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STAIN.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sudjana. 1984. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sujoko, E, Stevanus, H dan Yuliawati, T. 2008. Metode Penelitian Akutansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.