Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jenis Penyakit Udang Pada Budidaya Air Payau

Dalam sejarah perkembangan budidaya udang windu di Indonesia dijumpai banyak hambatan yang mengakibatkan produksi udang berfluktuasi. Kendala itu yaitu berjangkitnya wabah penyakit yang berakibat pada kematian udang secara massal di tambak. Selain itu, faktor kualitas lingkungan juga memegang peranan penting dalam epizootiologi penyakit.
Diantara jenis penyakit yang menyerang udang windu, penyakit viral yaitu penyakit yang paling ganas dan mengakibatkan kerugian paling besar. Tercatat wabah penyakit kepala kuning, dan bercak putih telah melanda pertambakan Indonesia danmengakibatkan kematian udang berumur antara 1 - 2 bulan.
PENYAKIT VIRAL
Pada dekade terakhir, penyakit viral telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar di kalangan petambak. Penyebaran penyakit terjadi secara cepat dan melanda satu tempat dalam waktu sangat singkat. Ada sekitar 5 jenis penyakit viral yang telah dideteksi yaitu IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus), HPV (Hepatopancreatic Parvolike Virus), MBV (Monodon Baculavirus), SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus), YHV (Yellow Head Virus).
Jenis MBV dan SEMBV telah dideteksi meluas di seluruh tambak di Indonesia. Penyakit ini menyerang udang berumur 1 - 2 bulan telah tebar. Serangan MBV ditandai dengan perubahan hepatopankreas yang menjadi kekuningan lantaran mengalami kerusakan. Kasus ini melanda semenjak tahun 1998 dengan tingkat kematian lebih dari 90% dalam waktu 2 ahad semenjak tanda-tanda serangan dijumpai. Sedangakan penyakit yang diakibatkan oleh SEMBV ditandai dengan timbulnya putih berukuran 0,5 - 2,0 mm pada serpihan karapas sampai menjalar ke ujung ekor. Bercak putih yang timbul yaitu sebagai akhir asing depasit garam kalsium oleh lapisan epidermis kutikular. Tanda serangan YHV di tambak kepala udang berwarna kekuningan.
Epizootiologi Infeksi
Tak kalah pentingnya yaitu faktor transmisi dan reservoir infeksi. Penyebab penyakit udang sanggup terjadi secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal terjadi melalui rantai kuliner atau virion yang terbatas ke lingkungan dan masuk ke badan udang yang sehat. Secara vertikal terjadi dengan cara induk yang menjadi karier virus akan menularkan melalui kotoran yang sehabis bebas di air akan menginfeksi larva. Infeksi pada umumnya terjadi melalui 3 rute utama yaitu kulit, insang, dan jalan masuk pencernaan.
Jenis virus , kisaran insang dan dampak yang ditimbulkan
Virus Kisaran host Tanda klinis dan Mortalitas
IHHNV P. Stylirastris, P. Vannamei, P. Occidentalis Kronis, kematian pada PL 35
HPV P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Chinensis, P. Esculenstus, P. Monodon, P. Japonicus, P. Penicillatus, P. Idicus, dan P. Stylirastris Kronis, kematian sedikit demi sedikit antara 50-100% dalam waktu 4 ahad sehabis tanda-tanda klinis teramati
MBV P. Monodon, P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Indicus, P. Pleejus, P. Penicillatus, P. Escuenstus, dan P. Kerathurus, kemungkinan P. Vannamei Sub akut atau kronis
YHV P. Monodon, P. Vannamei, P. Stylirastris, P. Aztecus, dan P.Cluadarum Akut, mortalitas masal terjadi 3-5 hari sehabis tanda-tanda klinis teramati
WSBV atau SEMBV P. Monodon, P. Japonicus, P. Chinensis, P. Indicus, P. Merguiensis, dan P. Setiferus Akut, mortalitas masal dalam waktu 3-10 hari sehabis tanda-tanda klinis teramati

Diagnosis Virus
Saat ini telah dikembangkan banyak sekali metode diagnosis virus diantaranay metode konvensional ibarat histipatologi, dasblot, hibridisasi, in situ dan PCR dan RT-PCR. Metode diagnosis dengan PCR mungkin merupakan salah satu metode yang paling cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain. Sampel sanggup disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm), untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk investigasi histopatologi.
Pengendalian Penyakit
Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang sanggup dipakai untuk pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Tindakan pencegahan ini mencakup :
1. Penyediaan benih bebas virus
2. Pembersihan karien di lingkungan tambak merupakan alternatif yang paling berhasil untuk kegiatan pengendalian penyakit viral.
3. Aplikasi ilmunostimulan sanggup merangsang sistem kekebalan non spesifik udang windu
4. Penjagaan kualitas lingkungan
Vaksinasi kurang bermanfaat alasannya yaitu sistem respon imun pada udang yang masih sangat sederhana.
PENYAKIT BAKTERIAL
Ditingkat kerugian, serangan penyakit bakterial jarang sekali menimbulkan kematian secara massal pada udang di tambak. Tapi di pembenihan menjadi duduk masalah serius ibarat berjangkitnya penyakit larva nyala (Luminous disease)

Jenis Penyakit
Beberapa jenis penyakit bakterial yang dijumpai menyerang udang di tambak diantaranya yaitu penyakit insang hitam, penyakit ekor geripis, kaki putus, bercak hitam, kulit dan otot hitam (black splincter disease).
Bakteri Vibrio Sp. Seperti Vibrio Alginolyticus, V. Parahaemolyticus, dan V. Anguillanum merupakan basil yang bersahabat kaitannya dengan penyakit tersebut. Peningkatan virulensi patogen diperkuat dengan jeleknya administrasi kuaiiatas air, yang tidak jarang menimbuikan kematian udang. Secara umum Vibrio Sp termasuk patogen opportunis bagi udang windu.
Epizootiologi
Transmisi abuh basil sanggup terjadi baik secara vertikal dan horizontal, dengan rute abuh melalui kulit, insang dan pencemaan makanan.
Tidak ibarat halnya dengan virus, tidak ada reservoir spesitik bagi abuh bakterial, ikan, udang, fitoplaknton, kotoran sanggup menjadi media bagi patogen bakterial. Karenanya penyakit bakterial termasuk kelompok "water borne disease", lantaran sanggup dikatakan air merupakan resevoir bakteri.
Diagnosis Penyakit
Konfirmasi sanggup dilakukan deogan cara investigasi serpihan jaringan otot, serpihan yang mengatakan luka, insang dan hemolimfe. Sampel kemudian dibiakkan pada permukaan media TCBS, dan apabila diharapkan sanggup dilakukan identifikasi untuk memilih jenis. Diperlukan sampel segar, dari udang yang masih hidup atau hampir mati (Maribund) untuk menghindari adanya kontaminasi. Sampel sanggup dibawa dalam keadaan hidup atau disimpan dalam termos dengan es batu.
Pengendalian
Apabila sedang terjadi wabah (outbreak) pemakaian antibiotik sanggup dilakukan dengan cara pencampuran ke dalam pakan. Sebelum diberikan sebaiknya dilakukan sensitivitas antibiotik sehingga diperoleh jenis dan takaran pengobatan yang tepat. Pemakaian vaksin tidak banyak menolong. Penggunaan vitamin C, imunostimulan selain vaksin sanggup dilakukan.
PENYAKIT MIKOTIK
Penyakit ini relatif jarang dijumpai menimbulkan duduk masalah pada budidaya udang windu di tambak. Jamur jenis Fusarium Sp. Merupakan jenis jamur yang ditemukan menginfestasi insang udang, mengakibatkan penyakit insang hitam. Dengan proteksi mikroskop, akan ditemukan makrokonidia jamur pada insang yang berwarna kehitaman.
Epizootologi penyakit mencakup transmisi penyakit ibarat halnya penyakit bakterial, yaitu melalui air, sehingga termasuk kategori "water borne disease". Faktor pemicu timbulnya penyakit juga tidak jelas, akan tetapi kondisi lingkungan yang jelek, air kaya materi organik , menjadi pemicu munculnya penyakit ini. Reservoir jamur yaitu air, dan materi organik yang melimpah di lingkungan air tambak sanggup menjadi media yang subur lagi berkembangnya jamur.
PENYAKIT FOULING
Dikenal sebagai Fouling disease lantaran mengakibatkan penampilan udang menjadi tidak menarik. Tubuh udang kelihatan ibarat berlumut, dengan warna kecoklatan yang diakibatkan oleh penempelan protozoa jenis Varticella sp dan Zoothamnium sp. Protozoa ini juga sering melekat pada insang sehingga kelihatan berwama kecoklatan dan pada karenanya akan mengakibatkan warna insang menjadi kehitaman, lantaran nekrosis.
Epizantiologi.
Seperti halnya dengan penyakit bakterial, protozoa termasuk ke dalam golongan patogen apportunis dan merupakan water borne disease. Hal ini lantaran protozoa juga merupakan organisme yang bersifat organisme heterotrofik yang bisa memakai materi organik dari organisme yang telah mati. Transmisi protozoa karenanya terjadi secara horizontal.
Diagnosis Penyakit.
Konfirmasi penyakit sanggup dilakukan dengan proteksi mikroskop dengan pembesaran rendah sampai 400 x. Dengan investigasi ini akan terlihat baik Vorticella sp. Sebagai sel tunggal dilengkapi tangkai dan bergerak atau Zoothamnium sp. Sebagai koloni dengan percabangan dua-dua (bina). Masing-masing dengan tangkai yang sanggup bergerak secara bersamaan. Gunakan tangkai ibarat pegas disebabkan oleh adanya benang gerak diadakan tangkai.
Pengendalian Penyakit.
Pengendalian penyakit sanggup dilakukan dengan cara pengelolaan kualitas air, dengan menghindari materi organik berlebihan dalam air media pemeliharaan, merangsang udang moulting dan segera melaksanakan penggantian air secara kontinyu.
PENYAKIT NUTRITIF.
Penyakit Nutritif sanggup terjadi meskipun prasensasinya relatif jarang terjadi. Pakan buatan yang tercemar oleh aspeegillus flavus, dan penicellum sp sanggup menjadi penyebab udang menderita keracunan. Faktor penyebabnya yaitu pakan yang diberikan sudah masa kadaluwarsa, dan disimpan pada kondisi embab. Kekurangan vitamin C sanggup juga terjadi.

Dari : Mina Diklat BPPP Belawan Medan