Budidaya Artemia Untuk Pakan Alami Ikan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Artemia merupakan salah satu masakan hidup yang hingga ketika ini paling banyak dipakai dalam perjuangan budidaya udang, khususnya dalam pengelolaan pembenihan. Sebagai masakan hidup, Artemia tidak hanya sanggup dipakai dalam bentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan kalau dibandingkan dengan naupliusnya, nilai nutrisi Artemia remaja memiliki keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 47 % pada nauplius menjadi 60 % pada Artemia remaja yang telah dikeringkan. Selain itu kualitas protein Artemia remaja juga meningkat, lantaran lebih kaya akan asam-asam amino essensial. Demikian pula kalau dibandingkan dengan masakan udang lainnya, keunggulan Artemia remaja tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga lantaran memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang sanga tipis,sehingga sanggup dicerna seluruhnya oleh binatang pemangsa. Melihat keunggulan nutrisi Artemia remaja dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis masakan lainnya, maka Artemia remaja merupakan masakan udang yang sangat baikjika dipakai sebagai masakan hidup maupun sumber protein utama masakan buatan. Untuk itulah kultur massal Artemia memegang peranan sangat penting dan sanggup dijadikan perjuangan industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai masakan hidup maupun materi dasar utama masakan buatan. Untuk sanggup diperoleh biomassa Artemia dalam jumlah cukup banyak, harus dilakukan kultur terlebih dahulu. Produksi biomassa Artemia sanggup dilakukan secara ekstensif pada tambak bersalinitas cukup tinggi yang sekaligus memproduksi Cyst (kista) dan sanggup dilakukan secara terkendali pada bak-bak dalam kultur massal ini. (Ir. Sri Umiyati Sumeru )
Pernah ditemukan kista tertua oleh suatu prusahaan pemboran yang bekerja disekitar Danau “ Salt Great “. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10.000 tahunb ( menurut metode carbon dating ). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebutvmasih bias menetas walaupun usianya 10.000 tahun .( Anonymous, 2008
Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Praktis dalam penanganan, lantaran tahan dalam bentuk kista untuk waktu yang usang
(b) Praktis berada ptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper gampang dalam penyedian pakannya.
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang menggunakan pakan alami Artaemia dalam sumbangan pakan. Artemia sangat gampang untuk ditetaskan menjadi larva hingga dewasa, tapi harga artemia sangat mahal bagi pembudidaya ikan maupun udang. Biasanya artemia diberikan pada ikan pada ketika ikan berumur 12-30 hari. Menurut INVE Aquaculture Belgia Artemia mengandung 56% protein yang biasanya pada udang diberikan pada PL5 dan PL25. ( Anonymous, 2008 )
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses reproduksi Artemia dari berbentuk kista hingga dewasa. Selain itu juga sebagai materi gosip bagi para pembudidaya ikan dan udang untuk mengetahui pakan alami yang baik diberikan untuk ikan maupun udang yang akan dibudidayakan. Bagi para mahasiswa semoga mengetahui apa itu Artemia dan bagaimana proses reproduksinya dari mulai kista sampa dewasa
TINJAUAN PUSTAKA
Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang sangat diharapkan dalam aktivitas pembenihan udang dan ikan. Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Praktis dalam penanganan, lantaran tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Praktis berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%Klasifikasi dari Artemia:
Kingdom : Animalia.
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Grochowski, 1895
Genus : Artemia
Leach, 1819
( Anonymous, 2008 )
Proses reproduksi dari Artemia
Siklus hidup Artemia sanggup dimulai dari ketika menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap melekat pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menuntaskan perkembanganya kemudian berkembang menjadi naupli yang akan sanggup berenang bebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan jawaban masih mengandung kuning telur. Artemia yang gres menetas tidak akan makan, lantaran ekspresi dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organic lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama materi tersebut tersedia dalam air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi remaja dalam kurun waktu. 8 hari. Artemia remaja rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka sanggup mencapai ukuran hingga dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia sanggup menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka sanggup memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia remaja sanggup hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungnya berkembang menjadi sangat salin dan materi pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Artemia remaja toleran terhadap selang -18 derajat hingga 40 derajat.. sedangkan temperature optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan yakni 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka sanggup hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum kesannya mati. Variable lain yang penting yakni pH, cahaya, dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 sanggup membunuh Artemia. Cahaya minimal diharapkan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi perumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini sanggup berkembang menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae.pada kondisi yang ideal menyerupai ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat. Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara sanggup terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung materi organic, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista. ( Anonymous, 2008 ).
PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air bahari dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibentuk dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat fatwa air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat hingga dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa jalan masuk keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibentuk dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai daerah belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah aktivitas produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya dipakai nauplii instar I, lantaran instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter. ( Dirjen Perikanan, 2003 )
. 1.5 Prosedur Pemeliharaan
Untuk mendapat biomassa Artemia, nauplius Artemia dikultur dalam beberapa hari. Lama pemeliharaan tergantung pada ukuran Artemia yang dikehendaki. Jika Artemia dipakai sebagai masakan juvenil udang, maka usang pemeliharaan sekitar 7 hari, sedangkan kalau dipakai sebagai masakan udang remaja maupun untuk diproses sebagai materi baku masakan buatan, maka usang pemeliharaan sekurang-kurangnya 15 hari.
Prosedur produksi Naupli Artemia inkubasi cyst dalam air bahari
Cyst Artemia dilarutkan dalam air bahari dan diaerasi
Suhu air untuk penetasan 30 C, pH : 8-9, DO dalam kondisi, kepadatan cyst < 10 g/L
Pemanenan awal : qualitas terbaik, kandungan kalori tertinggi, ukuran nauplii sesuai
Setelah moulting kedua (24 jam sehabis menetas) : nilai kalori Artemia berkurang hingga 27 %
Pemanenan dengan net ukuran 150 µm, dicuci untuk meghilangkan materi organik terlarut dan basil
Desinfektan : 100 ppm Iodin selama 10 menit.
Biomassa Artemia sanggup pribadi diberikan kepada udang yang diubahsuaikan dengan ukurannya atau disimpan dalam bentuk segar (dalam freezer) maupun dikeringkan untuk dibentuk tepung Artemia.( Ir. Sri Umiyati Sumeru)
1.4 Pemeliharaan
Pemberian makan Artemia yakni dengan menyaring (Filter feeder), maka diharapkan masakan dengan ukuran partikel khusus, yaitu lebih kecil dari 60 mikron. Makanan yang diberikan sanggup berupa masakan buatan maupun masakan hidup atau plankton. Makanan buatan yang memperlihatkan hasil cukup baik dan gampang didapat yakni dedak halus. Cara pemberiannya harus disaring terlebih dahulu dengan saringan 60 mikron. Sedangkan plankton yang sanggup dipakai sebagai makanan. Selain itu pakan buatan lain yang sanggup diberikan selama masa pemeliharaan yakni adonan bungkil kelapa dan tepung ikan dengan perbandingan 1:1 dalam takaran 10 gr/ton/hari.
Artemia yakni jenis plankton yang juga dipakai sebagai masakan larva udang, menyerupai Tetraselmis sp, Chaetoceros sp, Skeletonema sp. Oleh lantaran itu kultur Artemia dengan plankton sebagai masakan alami lebih gampang dilakukan dalam suatu unit perjuangan pembenihan udang.( Ir. Sri Umiyati Sumeru )
1.6 Pemungutan Hasil
Pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung pada selesai ahad ketiga sehabis penebaran. Kista yang telah dilepaskan dan mengumpul di tepi petakan, dipanen dengan menggunakan seser dari materi nilon berukuran mata 150 mikron. Pemanenan sanggup dilakukan setiap hari, kista hasil pemanenan tersebut direndam dalam air bersalinitas tinggi selama beberapa jam, kemudian dibersihkan untuk tujuan
pengeringan.( Dirjen Perikanan, 2003 )
1.6 Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen terdiri atas pencucian, penyimpanan pengepakan dan pengangkutan. Untuk pembersihan dan pembersihan dari kotoran, kista artemia dilewatkan tiga seri saringan bermata 700; 350 dan 100 mikron. Saringan 700 mikron ditujukan untuk memisahkan kotoran berukuran besar, sedangkan saringan 350 mikron untuk kotoran yang lebih kecil. Pencucian tersebut sanggup dilakukan di lapangan sehingga kotoran yang berukuran lebih dari 350 mikron dan kurang dari 100 mikron sanggup terbuang. Pencucian kemudian dilanjutkan dengan merendam kista artemia dalam larutan garam jenuh untuk membersihkan dari kotoran yang masih tinggal. Kotoran yang tertinggal (biasanya lumpur) akan tenggelam, sementara kista artemia mengapung dalam larutan larutan garam, sehinggga gampang memisahkannya. Kista artemia kemudian disimpan dengan cara merendamnya dalam larutan garam jenuh yang higienis (salinitas 150 permil). dan disimpan dalam wadah tertutup. Pada tahap ini, kista artemia akan terdehidrasi, yaitu mengganti sisa air dengan air garam. Setelah 24 jam, air garam diganti dan kista sanggup disimpan selama sebulan. Disarankan, air garam diganti sehabis dua minggu, dan kista diaduk beberapa kali selama penyimpanan. Untuk tujuan yang tidak terlalu jauh , artemia sanggup didistribusikan secara lembap dalam larutan garam jenuh menyerupai ini. Pengepakan sanggup dilakukan secara sederhana menggunakan kantong plastic kapasitas 1 kg. Setelah kista dimasukkan kedalam kantong, udara dalam kantong dikeluarkan dengan cara meremasnya keluar, kemudian kantong diikat akrab dengan karet. Kantong plastik dirangkap dengan cara yang sama. ( Dirjen Perikanan, 2003 ).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan dari makalah yang kami susun ini yaitu bahwa budidaya Artemia dikalangan para pembudidaya harus ditingkatkan lagi lantaran undangan akan Artemia sangat tinggi. Budidaya Artemia hanya sanggup dilaksanakan pada lahan yang mengandung kadar garam yang tinggi antara 30-35 ppt selain itu juga pH, cahaya, dan oksigen antara 8-9. Budidaya Artemia harus dilaksanakan secara intensif.
Saran
Dalam malakukan budidaya artemia harus secra intensif dan harus memperhatikan mekanisme budidaya. Semoga makalah ini bermnafaat dan sanggup diterapkan oleh pembudidaya Artemia.
1.1. Latar Belakang
Artemia merupakan salah satu masakan hidup yang hingga ketika ini paling banyak dipakai dalam perjuangan budidaya udang, khususnya dalam pengelolaan pembenihan. Sebagai masakan hidup, Artemia tidak hanya sanggup dipakai dalam bentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan kalau dibandingkan dengan naupliusnya, nilai nutrisi Artemia remaja memiliki keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 47 % pada nauplius menjadi 60 % pada Artemia remaja yang telah dikeringkan. Selain itu kualitas protein Artemia remaja juga meningkat, lantaran lebih kaya akan asam-asam amino essensial. Demikian pula kalau dibandingkan dengan masakan udang lainnya, keunggulan Artemia remaja tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga lantaran memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang sanga tipis,sehingga sanggup dicerna seluruhnya oleh binatang pemangsa. Melihat keunggulan nutrisi Artemia remaja dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis masakan lainnya, maka Artemia remaja merupakan masakan udang yang sangat baikjika dipakai sebagai masakan hidup maupun sumber protein utama masakan buatan. Untuk itulah kultur massal Artemia memegang peranan sangat penting dan sanggup dijadikan perjuangan industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai masakan hidup maupun materi dasar utama masakan buatan. Untuk sanggup diperoleh biomassa Artemia dalam jumlah cukup banyak, harus dilakukan kultur terlebih dahulu. Produksi biomassa Artemia sanggup dilakukan secara ekstensif pada tambak bersalinitas cukup tinggi yang sekaligus memproduksi Cyst (kista) dan sanggup dilakukan secara terkendali pada bak-bak dalam kultur massal ini. (Ir. Sri Umiyati Sumeru )
Pernah ditemukan kista tertua oleh suatu prusahaan pemboran yang bekerja disekitar Danau “ Salt Great “. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10.000 tahunb ( menurut metode carbon dating ). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebutvmasih bias menetas walaupun usianya 10.000 tahun .( Anonymous, 2008
Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Praktis dalam penanganan, lantaran tahan dalam bentuk kista untuk waktu yang usang
(b) Praktis berada ptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper gampang dalam penyedian pakannya.
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang menggunakan pakan alami Artaemia dalam sumbangan pakan. Artemia sangat gampang untuk ditetaskan menjadi larva hingga dewasa, tapi harga artemia sangat mahal bagi pembudidaya ikan maupun udang. Biasanya artemia diberikan pada ikan pada ketika ikan berumur 12-30 hari. Menurut INVE Aquaculture Belgia Artemia mengandung 56% protein yang biasanya pada udang diberikan pada PL5 dan PL25. ( Anonymous, 2008 )
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses reproduksi Artemia dari berbentuk kista hingga dewasa. Selain itu juga sebagai materi gosip bagi para pembudidaya ikan dan udang untuk mengetahui pakan alami yang baik diberikan untuk ikan maupun udang yang akan dibudidayakan. Bagi para mahasiswa semoga mengetahui apa itu Artemia dan bagaimana proses reproduksinya dari mulai kista sampa dewasa
TINJAUAN PUSTAKA
Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang sangat diharapkan dalam aktivitas pembenihan udang dan ikan. Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Praktis dalam penanganan, lantaran tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Praktis berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%Klasifikasi dari Artemia:
Kingdom : Animalia.
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Grochowski, 1895
Genus : Artemia
Leach, 1819
( Anonymous, 2008 )
Proses reproduksi dari Artemia
Siklus hidup Artemia sanggup dimulai dari ketika menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap melekat pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menuntaskan perkembanganya kemudian berkembang menjadi naupli yang akan sanggup berenang bebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan jawaban masih mengandung kuning telur. Artemia yang gres menetas tidak akan makan, lantaran ekspresi dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organic lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama materi tersebut tersedia dalam air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi remaja dalam kurun waktu. 8 hari. Artemia remaja rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka sanggup mencapai ukuran hingga dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia sanggup menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka sanggup memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia remaja sanggup hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungnya berkembang menjadi sangat salin dan materi pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Artemia remaja toleran terhadap selang -18 derajat hingga 40 derajat.. sedangkan temperature optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan yakni 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka sanggup hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum kesannya mati. Variable lain yang penting yakni pH, cahaya, dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 sanggup membunuh Artemia. Cahaya minimal diharapkan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi perumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini sanggup berkembang menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae.pada kondisi yang ideal menyerupai ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat. Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara sanggup terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung materi organic, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista. ( Anonymous, 2008 ).
PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air bahari dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibentuk dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat fatwa air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat hingga dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa jalan masuk keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibentuk dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai daerah belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah aktivitas produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya dipakai nauplii instar I, lantaran instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter. ( Dirjen Perikanan, 2003 )
. 1.5 Prosedur Pemeliharaan
Untuk mendapat biomassa Artemia, nauplius Artemia dikultur dalam beberapa hari. Lama pemeliharaan tergantung pada ukuran Artemia yang dikehendaki. Jika Artemia dipakai sebagai masakan juvenil udang, maka usang pemeliharaan sekitar 7 hari, sedangkan kalau dipakai sebagai masakan udang remaja maupun untuk diproses sebagai materi baku masakan buatan, maka usang pemeliharaan sekurang-kurangnya 15 hari.
Prosedur produksi Naupli Artemia inkubasi cyst dalam air bahari
Cyst Artemia dilarutkan dalam air bahari dan diaerasi
Suhu air untuk penetasan 30 C, pH : 8-9, DO dalam kondisi, kepadatan cyst < 10 g/L
Pemanenan awal : qualitas terbaik, kandungan kalori tertinggi, ukuran nauplii sesuai
Setelah moulting kedua (24 jam sehabis menetas) : nilai kalori Artemia berkurang hingga 27 %
Pemanenan dengan net ukuran 150 µm, dicuci untuk meghilangkan materi organik terlarut dan basil
Desinfektan : 100 ppm Iodin selama 10 menit.
Biomassa Artemia sanggup pribadi diberikan kepada udang yang diubahsuaikan dengan ukurannya atau disimpan dalam bentuk segar (dalam freezer) maupun dikeringkan untuk dibentuk tepung Artemia.( Ir. Sri Umiyati Sumeru)
1.4 Pemeliharaan
Pemberian makan Artemia yakni dengan menyaring (Filter feeder), maka diharapkan masakan dengan ukuran partikel khusus, yaitu lebih kecil dari 60 mikron. Makanan yang diberikan sanggup berupa masakan buatan maupun masakan hidup atau plankton. Makanan buatan yang memperlihatkan hasil cukup baik dan gampang didapat yakni dedak halus. Cara pemberiannya harus disaring terlebih dahulu dengan saringan 60 mikron. Sedangkan plankton yang sanggup dipakai sebagai makanan. Selain itu pakan buatan lain yang sanggup diberikan selama masa pemeliharaan yakni adonan bungkil kelapa dan tepung ikan dengan perbandingan 1:1 dalam takaran 10 gr/ton/hari.
Artemia yakni jenis plankton yang juga dipakai sebagai masakan larva udang, menyerupai Tetraselmis sp, Chaetoceros sp, Skeletonema sp. Oleh lantaran itu kultur Artemia dengan plankton sebagai masakan alami lebih gampang dilakukan dalam suatu unit perjuangan pembenihan udang.( Ir. Sri Umiyati Sumeru )
1.6 Pemungutan Hasil
Pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung pada selesai ahad ketiga sehabis penebaran. Kista yang telah dilepaskan dan mengumpul di tepi petakan, dipanen dengan menggunakan seser dari materi nilon berukuran mata 150 mikron. Pemanenan sanggup dilakukan setiap hari, kista hasil pemanenan tersebut direndam dalam air bersalinitas tinggi selama beberapa jam, kemudian dibersihkan untuk tujuan
pengeringan.( Dirjen Perikanan, 2003 )
1.6 Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen terdiri atas pencucian, penyimpanan pengepakan dan pengangkutan. Untuk pembersihan dan pembersihan dari kotoran, kista artemia dilewatkan tiga seri saringan bermata 700; 350 dan 100 mikron. Saringan 700 mikron ditujukan untuk memisahkan kotoran berukuran besar, sedangkan saringan 350 mikron untuk kotoran yang lebih kecil. Pencucian tersebut sanggup dilakukan di lapangan sehingga kotoran yang berukuran lebih dari 350 mikron dan kurang dari 100 mikron sanggup terbuang. Pencucian kemudian dilanjutkan dengan merendam kista artemia dalam larutan garam jenuh untuk membersihkan dari kotoran yang masih tinggal. Kotoran yang tertinggal (biasanya lumpur) akan tenggelam, sementara kista artemia mengapung dalam larutan larutan garam, sehinggga gampang memisahkannya. Kista artemia kemudian disimpan dengan cara merendamnya dalam larutan garam jenuh yang higienis (salinitas 150 permil). dan disimpan dalam wadah tertutup. Pada tahap ini, kista artemia akan terdehidrasi, yaitu mengganti sisa air dengan air garam. Setelah 24 jam, air garam diganti dan kista sanggup disimpan selama sebulan. Disarankan, air garam diganti sehabis dua minggu, dan kista diaduk beberapa kali selama penyimpanan. Untuk tujuan yang tidak terlalu jauh , artemia sanggup didistribusikan secara lembap dalam larutan garam jenuh menyerupai ini. Pengepakan sanggup dilakukan secara sederhana menggunakan kantong plastic kapasitas 1 kg. Setelah kista dimasukkan kedalam kantong, udara dalam kantong dikeluarkan dengan cara meremasnya keluar, kemudian kantong diikat akrab dengan karet. Kantong plastik dirangkap dengan cara yang sama. ( Dirjen Perikanan, 2003 ).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan dari makalah yang kami susun ini yaitu bahwa budidaya Artemia dikalangan para pembudidaya harus ditingkatkan lagi lantaran undangan akan Artemia sangat tinggi. Budidaya Artemia hanya sanggup dilaksanakan pada lahan yang mengandung kadar garam yang tinggi antara 30-35 ppt selain itu juga pH, cahaya, dan oksigen antara 8-9. Budidaya Artemia harus dilaksanakan secara intensif.
Saran
Dalam malakukan budidaya artemia harus secra intensif dan harus memperhatikan mekanisme budidaya. Semoga makalah ini bermnafaat dan sanggup diterapkan oleh pembudidaya Artemia.