Artemia
Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran yang bekerja disekitar Danau "Salt Great". Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun (berdasarkan metoda "carbon dating"). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masih sanggup menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.
Siklus Hidup
Siklus hidup artemia sanggup dimulai dari dikala menetasnya kista atau telur. Setelah 15 - 20 jam pada suhu 25°C kista akan menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap melekat pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan menuntaskan perkembangannya lalu menjelma naupli yang sudah akan sanggup berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akhir masih mengandung kuning telur. Artemia yang gres menetas tidak akan makan, alasannya verbal dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama materi tersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi cukup umur dalam waktu 8 hari. Artemia cukup umur rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka sanggup mencapai ukuran hingga dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kali dibandingakan biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina Artemia sanggup mengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka sanggup memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10 -11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia cukup umur sanggup hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya menjelma sangat salin dan materi pakana sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam hari.
Artemia cukup umur toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 ° C. Sedangkan tempertur optimal untuk penetasan kista dan pertubuhan ialah 25 - 30 ° C. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30 - 35 ppt, dan mereka sanggup hidup dalam air tawar salama 5 jam sebelum jadinya mati.
Cahaya minimal diharapkan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan Artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini sanggup menjelma kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal menyerupai ini, Artemia akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia untuk ikan yang kita pelihara sanggup terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah, dan air banyak mengandung materi organik, atau apabila salintas meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.
Penetasan Kista Artemia
Kista artemia sanggup ditetaskan secara optimal, apabila sarat-sarat yang diperlukannya sanggup dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
- Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter air tawar. Untuk buffer *bisa ditambahkan magnesium sulfate (20 % konsentrasi) atau 1/2 sendok teh per liter air.
- Suhu air 26 - 28 °C.
- Disarankan untuk memperlihatkan sinar selama penetasan untuk merangsang proses.
- Aerasi yang cukup; untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm
- pH 8.0 atau lebih, apabila pH drop dibawah 7.0 sanggup ditambahkan soda makanan ringan bagus untuk menaikkan pH.
- Kepadatan sekitar 2 gram per liter.
- Sebelumnya sanggup dilakukan proses dekapsulisasi untuk melunakan cangkang.
Dekapsulisasi
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kista artemia yang "keras" (korion). Proses ini setidaknya akan mempermudah "bayi" artemia untuk keluar dari "sarang"nya. Dan kalaupun tidak berhasil "menetas", kista yang telah didekapsulisasi masih sanggup diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, alasannya korionnya sudah hilang, sehingga akan sanggup dicerna dengan mudah. Disamping itu proses ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadap kontaminan menyerupai bakteri, jamur dll.
Bahan yang diharapkan ialah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit) 12.5%. Kalau anda memakai produk komersial, pastikan konsentrasi dan kemungkinan adanya kandungan materi lain. Untuk ilustrasi berikut saya berikan teladan cara untuk melaksanakan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.
Rendam 5 g kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air tawar, beri aerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami hidrasi dengan baik. Hal ini ditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk bulatan sempurna. Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. Penambahan pemutih akan menyebabkan kista berubah warna menjadi coklat lalu manjadi putih dalam waktu kurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah warna menjadi orange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan reaksi; lalu segera basuh dengan air higienis sampaai amis klorin hilang.