Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aplikasi Feromon untuk Pada Hama Pisang

Aplikasi perangkap feromon untuk pengendalian hama pisang

Aplikasi Feromon untuk Pengendalian Hama Pisang

Apa itu Feromon

Perangkap feromon adalah teknologi yang menggunakan feromon (zat kimia yang disekresikan oleh anggota spesies yang sama untuk memicu respons spesifik) untuk menarik serangga ke dalam perangkap. Di perkebunan pisang, perangkap feromon digunakan untuk melawan bonggol pisang (Cosmopolites sordidus). Perangkap tersebut diberi umpan dengan feromon yang khusus untuk kumbang dan menarik kedua jenis kelamin.

Kumbang juga dapat terjebak dengan metode meletakkan pseudostem di tanah, tetapi efektivitas perangkap ini bervariasi. Selain itu, kumbang tidak dapat keluar kecuali perangkapnya diberi insektisida. Namun demikian, karena perangkap metode pseudostem tidak memerlukan perangkap yang dibeli, perangkap tersebut masih banyak digunakan, bahkan di perkebunan komersial besar.

Metodologi

Bahan yang utama adalah perangkap dan feromon.

Perangkap atau Jebakan
Aplikasi Feromon untuk Pengendalian Hama Pisang
Ada berbagai jenis perangkap yang mana ini dapat disesuaikan pada serangga target. Untuk kumbang, perangkap yang memiliki lubang yang umumnya digunakan. Terdiri dari kotak plastik kuning kecil; agar terlihat dari kejauhan. Wadah itu terkubur di tanah. Itu bisa kosong atau diisi dengan air sabun. Penutup perangkap dan pengikat feromon. Sebuah ruang di antara kedua bagian itu memberikan peluang bagi kumbang untuk jatuh ke dalam perangkap. Bukaannya cukup tinggi untuk dilewati para kumbang tetapi membatasi akumulasi residu.

Bentuk perangkap akan berbeda jika agen kontrol biologis ditambahkan untuk memungkinkan serangga keluar setelah terkontaminasi.

Daya tarik

Demonstrasi bahwa kumbang jantan mengeluarkan feromon [1]. Segera setelah itu, bahan aktif utama (C11H20O2) diisolasi dan diberi nama sordidin [2]. Sordidin yang disintesis secara kimiawi (dipasarkan sebagai Cosmolure) yang digunakan dalam perangkap feromon sering dicampur dengan isoamyle asetat. Feromon dapat menarik kumbang dewasa dalam batas 10 hingga 20 meter. [3]. Namun jika kondisi hujan dapat mengganggu dispersi feromon.

Penggunaan

Perangkap feromon memiliki dua kegunaan utama yakni:
- memantau tingkat populasi dan mengendalikan kumbang dengan perangkap massal
- Juga untuk menjebak kumbang yang resisen sebelum menanam plot baru.

Pemantauan

Perangkap feromon dapat digunakan untuk memantau akan keberadaan hama dan untuk memantau populasi sebelum serangan menjadi serius. Kepadatan jebakan yang direkomendasikan adalah 4 jebakan per hektar [4]. Karena feromon hanya menarik penggerak bonggol dewasa, dan sebanyak 75% hidup di dalam tanaman, penting untuk mencegah populasi keluar dari kontrol.

Perangkap massal

Penangkapan massal digunakan untuk mengendalikan kumbang di lahan yang sangat padat, dalam hal ini direkomendasikan 16 perangkap per hektar dengan jarak 20 m. Simulasi komputer menunjukkan bahwa kontrol tidak ditingkatkan ketika ada lebih dari 16 jebakan per hektar [4]. Disarankan juga untuk memeriksa perangkap secara rutin (dua kali sebulan) untuk mengumpulkan serangga yang terperangkap. Sebuah studi tiga tahun di 12 perkebunan pisang komersial yang berlokasi di pulau Cariibean, Martinique menunjukkan bahwa jumlah terbesar kumbang ditangkap antara bulan ke-40 dan ke-80 setelah penanaman dan selama musim kemarau [5].
Untuk kontrol yang lebih baik, perangkap harus dikelola di tingkat perkebunan dan mempertimbangkan plot tetangga (fallow atau plot terbengkalai) yang dapat menjadi sumber kumbang. Untuk membatasi kolonisasi dari plot tetangga, disarankan untuk memasang serangkaian perangkap feromon di tepi plot (1 perangkap setiap 20m).

Aplikasi Feromon untuk Pengendalian Hama Pisang
Kumbang terserang parasit jamur entomophagic (foto oleh N. Fegeant, UGPBAN)

Menjebak massa dalam bera akan meningkatkan kontrol kumbang dan melindungi ladang di dekatnya dari migrasi kumbang dewasa. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Guadeloupe, jumlah tangkapan kumbang paling tinggi 10 hingga 20 minggu di tanah kosong dan menurun menjadi nol setelah 9 bulan [6].
Mengkombinasikan dengan agen kontrol biologis
Para ilmuwan sedang bereksperimen dengan agen biokontrol seperti jamur entomopatogen (Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae) dan nematoda (Steinernema carpocapsae dan Steinernema feltiae) untuk meningkatkan efisiensi perangkap. Kumbang akan memasuki perangkap untuk terkontaminasi dan kemudian pergi untuk mengkontaminasi kumbang lain [4]. Teknik ini juga sedang diuji dengan thrips [7].